Hikmah

RENUNGAN SEORANG MUSLIM

Dikirim tanggal Sep 22, 2012 9:33:46 AM 1,590 Kali dibaca

RENUNGAN SEORANG MUSLIM

Oleh: Khairul Anhar

Hari yang tenang, berhembus angin sepoy-sepoy di pagi hari yang cerah. Udara yang sejuk  dan segar ini mengingatkan penulis pada sebuah hadis, dan tentunya mengingatkan penulis kepada Rasulullah SAW. sang pembawa kebaikan yang tak akan terlupakan hingga akhir zaman. Penulis telah memahami beberapa hadis rasul SAW. yang terasa sangat indah bila dilakukan. Dari beberapa hadis yang penulis pahami makna dan kandungannya, penulis tidak dapat menolak bahwa Rasulullah SAW. telah mengajarkan setiap hal yang terbaik untuk kita amalkan dari segala sudut kehidupan. Kebaikan hidup kita di dunia maupun di akhirat nanti telah dijelaskan melalui berbagai kebaikan cara oleh sang rasul. Namun, itu semua tidak serta-merta ada pada diri kita, kita diberi kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi diri sendiri berdasarkan pada Al-Quran dan hadis. Penulis kembali merenung dan mencoba berdialog pada diri sendiri, apakah kita sudah melakukan hal-hal baik yang diajarkan oleh rasulullah SAW.? Karena kebahagiaan hidup ini bergantung pada sebaik apa kita menjalankan syari'at Allah yang dibawa oleh rasul SAW. Sambil memandangi langit biru dan awan putih yang menjulang tinggi ke angkasa. Perlahan penulis mencoba mengingat firman Allah SWT. yang berbunyi:  الَّذ�?ي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ ل�?يَبْل�?وَك�?مْ أَي�?ّك�?مْ أَحْسَن�? عَمَلًا وَه�?وَ الْعَز�?يز�? الْغَ�?�?ور�? (2 "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk [67]: 2)   Gemetar hati ini tatkala ayat tersebut teringat dan perlahan terucap melalui bibir yang lemah tak berdaya. Penulis mencoba mencari penjelasan atas ayat tersebut, dan seorang pemikir muslim terkemuka Al-Imam Al-Baghawi di dalam tafsirnya ternyata telah menukil perkataan Al-Fudhail Bin ‘Iyadh -rahimallahuljamiy'- pada firman Allah di atas  (yang lebih baik amalnya): "yaitu yang paling bersih dan yang paling benar" dan dia berkata: "suatu amal tidak akan diterima sampai ia bersih dan benar, adapun yang bersih yaitu (amal) yang ikhlas karena Allah semata, sedangkan yang benar yaitu (amal) yang sesuai dengan sunnah". Sesungguhnya Allah SWT. tidak melihat pada seberapa banyak amal yang telah kita lakukan, akan tetapi Allah hanya melihat pada hati dan (kebenaran) amal kita. Ini semakin menguatkan pemahaman penulis akan ayat ke dua dari surat Al-Mulk tersebut. Mencoba menelusuri lebih jauh, penulis melihat sebuah kitab yang di dalamnya terdapat hadis Rasulullah SAW.: إ�?نَّ اللهَ لَا يَنْظ�?ر�? إ�?لَى ص�?وَر�?ك�?مْ وَأَمْوَال�?ك�?مْ، وَلَك�?نْ يَنْظ�?ر�? إ�?لَى ق�?ل�?وب�?ك�?مْ وَأَعْمَال�?ك�?مْ  (رواه مسلم  "Sesungguhnya Allah SWT. tidak melihat pada rupa dan hartamu, akan tetapi Allah SWT. melihat pada hati dan amal-amalmu." (HR. Muslim) Hadis ini meimbulkan sebuah pertanyaan, mengapa Allah SWT. melihat pada hati kita? dan mengapa Allah melihat pada amal-amal kita? Tak lama setelah timbul pertanyaan tersebut, penulis menemukan jawaban dari ini semua, yakni karena ikhlas letaknya di dalam hati, dan karena kesesuaian amal dengan sunnah akan tampak pada amal perbuatan kita. Maka, bersihnya hati dari segala noda kesyirikan dan ikhlasnya amal karena Allah SWT. disertai kesesuaian amal dengan sunnah menjadi syarat akan diterimanya ibadah seorang hamba. Barulah dengan demikian suatu amalan disebut amal shaleh. Allah SWT. tidak bertanya tantang "kam" (berapa banyak?) tapi Allah akan menanyakan "kaifa" (bagaimana?). Allah SWT. berfirman yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Musa as. ketika menasehati kaumnya: قَال�?وا أ�?وذ�?ينَا م�?نْ قَبْل�? أَنْ تَأْت�?يَنَا وَم�?نْ بَعْد�? مَا ج�?ئْتَنَا قَالَ عَسَى رَب�?ّك�?مْ أَنْ ي�?هْل�?كَ عَد�?وَّك�?مْ وَيَسْتَخْل�?�?َك�?مْ �?�?ي الْأَرْض�? �?َيَنْظ�?رَ كَيْ�?َ تَعْمَل�?ونَ (129 "Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." (QS. Al-A'raf [07]: 129). Firman Allah SWT. tersebut mengharuskan kita untuk kembali kepada kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasulullah SAW. dalam melihat kebenaran dan keikhlasan amal dan hati kita. Bila kita belum mampu untuk memahami sendiri Al-Qur'an dan Sunnah, maka sesungguhnya Allah SAW. memberikan pertolongan dengan menghadirkan sosok ahli dalam kehidupan kita. Allah SWT. berfirman:  �?َاسْأَل�?وا أَهْلَ الذ�?ّكْر�? إ�?نْ ك�?نْت�?مْ لَا تَعْلَم�?ونَ (7 "Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (QS. Al-Anbiya' [21]: 7)  Sejenak penulis mencoba mengajak pembaca untuk memperhatikan tingkah laku kebanyakan kaum muslimin dalam menjalankan syari'at yang mulia ini dan kemudian merujuk kepada apa yang diajarkan Rasulullah SAW. kepada kita dalam menjalankan ibadah. Terlihat beberapa keganjilan karena kita mendapati amal perbuatan umat Islam telah tercampur dengan kultur lokal, terlebih lagi mereka seakan jauh dari Al-Quran dan sunnah. Ada diantara saudara-saudara kita yang lalai hingga mencampuradukkan amal perbuatan dengan praktek-praktek kesyirikan, riya, dan lain-lain. Khusunya di bulan ramadhan yang mulia ini. Kita menemukan saudara-saudara kita yang bersikap berlebihan dan melampaui batas, terlebih dalam mengkonsumsi makanan, sedangkan dari sisi ibadah kita melihat sikap acuh tak acuh dalam menjalankan ibadah seperti salat, puasa, dan sebagainya. Banyak yang melakukan salat dengan tergesa-gesa. Berpuasa, namun tidak menghalanginya untuk berbuat aniaya terhadap diri maupun orang lain, menggunjing, menipu, korupsi, berdusta, mengadu-domba, menyebarkan berita dusta, hingga berkhianat kepada yang lain. Semoga Allah SWT. menghindarkan kita  dari hal demikian. Akhirnya, penulis mengajak kepada kita semua untuk bermuhasabah, melakukan introspeksi pada diri sendiri. Adakah kita telah beramal dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW., ataukah kita termasuk orang-orang yang melenceng dan merugi. Semoga Allah SWT.mengampuni dosa kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. (Edt: Ozi S)