Kisah Muallaf

Lanjutan: Hendri Tyas Waluyo: Mengapa Aku Memilih Islam?

Dikirim tanggal Jul 1, 2014 5:54:12 AM 1,680 Kali dibaca

Lanjutan: Hendri Tyas Waluyo: Mengapa Aku Memilih Islam?
Ketika aku sedang serius menggeluti pencarian kebenaran ini, datanglah seorang teman yang kebetulan adalah seorang Muslim. Ia dating dan membawa Al-Quran lengkap dengan terjemahannya. Ia memintaku untuk membaca terjemahan isi Al-Quran agar aku lebih memahami Islam dari aspek kitab sucinya. Aku pun mulai berpikir terbuka. Semua hal yang berhubungan dengan Islam atau Saksi Yahuwa aku kumpulkan dan aku baca serta aku renungkan, hingga hati kecilku meyakini dan membenarkan akan ajaran Islam. Hanya saja saat itu aku belum berikrar masuk Islam karena baru sebatas mengetahui bahwa Islam mengajarkan hal yang benar, saat itu tahun 2008. Pada tahun 2009 aku pergi meninggalkan Bogor. Kota dengan julukan Kota Hujan ini ternyata tidak cocok bagi orang sepertiku. Aku harus pergi karena pekerjaan yang kulakukan di sana banyak berhubungan dengan dunia yang semu ini. Kemudian aku berpikir untuk pindah ke Cisalak. Sejak meninggalkan Bogor, berbagai hal yang berkaitan dengan informasi ruhani terputus disebabkan situasi dan kondisi yang serba terbatas. Tahun 2010 aku berpindah lagi untuk yang kesekian kalinya. Hidupku benar-benar seperti kisah seorang pengelana yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Nomaden, tidak ada tempat untuk menetap. Di tahun inilah aku berpindah ke tempat kakak kandungku di Mampang Jakarta Selatan. Di situlah aku mulai membangun semangat beribadah yang selama ini mulai surut. Aku yang masih beragama Katolik, terkadang bangun pagi-pagi untuk mengikuti misa harian atau misa pagi yang rutin dilakukan pukul 06.00 WIB. di gereja Santa Maria yang terletak di Blok Q. Di gereja, aku menuangkan segala pemikiran yang selama ini ada padaku. Sekalipun hati kecilku mengetahui bahwa ada kebenaran yang hakiki dalam kehidupan ini, namun aku masih menganut keyakinanku yang lama. Keyakinan inilah yang selalu ditanamkan pastor kepadaku, dan kami semua. Inilah yang membuatku sulit untuk meninggalkan agama lamaku karena memang masih ada sisa-sisa keyakinan dalam diriku. Meskipun demikian, aku masih punya keyakinan akan kebaikan yang disebarkan oleh pastor kepada kami yang tidak mudah kami tinggalkan begitu saja, khususnya dalam beribadah yang sudah dibangun sejak kecil serta akan kenangan dalam didikan dan pengajarannya. Pelan tapi pasti, mungkin inilah yang dapat ku katakan saat keyakinanku akan Katolik mulai berguguran. Pada Misa akhir pekan atau Misa umum, yang pada waktu itu banyak diisi oleh jemaat gereja, timbul pertanyaan kritis dalam benakku, khusunya mengenai adab umat Kristiani yang datang ke gereja. Sungguh berbeda dengan adab ketika umat Muslim berada dan beribadah di Mesjid. Setidaknya waktu itu muncul empat pertanyaan dalam benakku; Pertama, mengapa di gereja ketika beribadah beberapa orang dari para jemaah sempat-sempatnya bermain handphone? Padahal mereka kan sedang berhadapan dengan Tuhan. Bila berhadapan dengan sang pencipta langit dan bumi saja sudah seperti itu, bagaimana ketika berhadapan dengan yang lain? Jika berhadapan dengan manusia bisa sesopan mungkin, sedangkan menghadap Tuhan tidak, maka sudah pastilah mereka merendahkan posisi Tuhan dibanding dengan manusia. Kedua, mengapa para wanita yang pergi ke gereja banyak mengenakan pakaian yang kurang sopan, apakah Tuhan menyukai ketidaksopanan mereka dalam berpakaian? Lantas inikah yang diajarkan Tuhan kepada hamba-Nya? Sungguh ini adalah sebuah jalan menuju perbuatan dosa. Mereka yang datang dengan mengenakan rok mini dan pakaian ketat malah akan memancing penglihatan para laki-laki sehingga bukan malah beribadah, justru akan membuat mereka berpikiran yang tidak baik selama di dalam gereja. Ketiga, mengapa ketika Misa ada yang mengobrol antara laki-laki dengan perempuan, sebenarnya niat mereka itu untuk beribadah atau hanya sarana agar bisa saling curhat di gereja? Jika gereja sama dengan tempat curhat, maka sudah barang tentu gereja akan berubah menjadi tempat hiburan duniawi yang nantinya akan mendatangkan berbagai mudarat bagi manusia. Kempat, mengapa ibadah yang umat Kristiani lakukan itu cenderung pasif. Seperti tidak membawa dampak apapun dalam kehidupan sehari-hari. Di gereja hanya bernyani, mendengarkan music, dan jika ada juga mendengarkan khotbah. Ini seakan ada dalam sebuah peseta yang mana ada presenter, ada music dan ada nyanyian. Sungguh ini membuat hatiku bingung dan gundah gulana. Beranjak dari berbagai pertanyaan inilah hatiku mengalami ketidakpuasan dalam beribadah. Aku mulai mengingat pembelajaran akan Islam yang mengajarkan doa dengan adab dan tata cara yang baik yang dapat menghindarkan diri dari berbuat maksiat. Dari buku yang ku baca, Islam mengajarkan tata cara beribadah dengan baik. Dalam ibadahnya, umat Muslim ketika melakukan ibadah yang utama seperti salat, tidak pernah terlihat ada yang bermain handphone. Ini disebabkan jika seorang Muslim bermain handphone ketika ia sedang ssalat, maka batallah salatnya. Jelas sekali perbedaannya, jika dalam kebaktian khususnya saat menyanyikan lagu-lagu keruhanian, tidak jarang banyak jemaah yang sibuk dengan handphone mereka. Tidak ada yang membuka aurat, karena itu juga akan mengakibatkan salat mereka tidak sah. Bahkan bila sedikit pun sudah pasti tidak akan sah salatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Barisan antara laki-laki dan perempuan dibedakan ketika melakukan salat. Laki-laki berada menjadi imam di depan dan berturut barisan berikutnya juga laki-laki sedang kan perempuan berada di barisan setelah laki-laki. Sungguh inilah ibadah yang sebenarnya. Menghormati Tuhan karena Tuhan adalah pemilik semesta alam ini. Jadi, cara beribadah seorang hamba harus benar-benar menunjukkan kemuliaan terhadap sang penciptanya. Sejak saat itu, tiap kali aku berangkat ke gereja dalam hati kecilku selalu terjadi peperangan batin, apalagi ketika aku berdoa di depan patung Bunda Maria, hati ini menjadi sangat bimbang karena yakin bahwa patung tersebut hanya buatan manusia walau ada alasan bahwa patung tersebut adalah sebuah mediator untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Seiring waktu berjalan, kegundahanku dalam beragama mulai meningkat. Aku pun sedikit demi sedikit mulai meninggalkan tata cara beribadah agama Katolik. Doa yang aku panjatkan hanya doa Bapa karena isi doanya tidak menyekutukan Tuhan meski ada tanda tanya besar dalam hatiku, khusunya pada kalimat Bapa. Sedangkan doa yang lain mulai aku abaikan karena bertentangan dengan sifat Tuhan Yang Maha Esa atau Tunggal. Aku juga mulai meninggalkan tanda salib yang biasa dipajang di rumah atau dikenakan di leher oleh umat Kristen.             Entah apa yang terjadi pada diriku, seakan aku mendapat hidayah Allah. Aku yang dahulu mementingkan dan memikirkan berbagai kegiatan gereja perlahan mulai melupakannya. Ini ditambah dengan aktifitas kerjaku yang aku lakukan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan hidupku. Seakan berbanding lurus, kegiatan ibadah ke gereja yang dahulu selalu aku ikuti mulai surut karena ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri yang pernah aku tujukan kepada gereja tidak terjawab. Jika ada jawaban yang diberikan, jawaban tersebut tidaklah memberi kepuasan dalam batinku. Sebaliknya, jawaban-jawaban yang diberikan sangat bertentangan dengan apa yang selama ini aku lihat, khususnya ketika membandingkan antara cara ibadah umat Kristen dengan cara beribadah umat Muslim. Meskipun keraguan dalam diriku telah berada di puncak, namun pada waktu itu aku masih belum mengkikrarkan kalimat syahadat. Walau ada keyakinan suatu saat aku ingin memeluk Islam. Tahun telah berganti, tibalah pada awal tahun 2011. Di tahun inilah aku merasakan kegundahan hati yang sangat luar biasa. Apalagi ketika melihat kepribadian orang-orang Katolik di tempat kerjaku yang jauh dari sikap yang diajarkan oleh gereja. Karena berada pada lingkungan yang menurutku tidak baik ini, aku pun mulai memberanikan diri untuk keluar dari tempat kerja. Aku tidak sedih dan tetap tegar, tidak ada tanda-tanda kehilangan sesuatu yang berarti bagiku. Dalam benakku, aku selalu berpikir bahwa aku adalah orang yang paling beruntung di dunia. Oleh sebab itu tidak ada yang harus disesali. Setelah keluar dari pekerjaan, aku lebih banyak mengisi waktu untuk berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggalku. Kami banyak berbicara tentang kehidupan dengan segala polemiknya, disertai dengan gelak tawa dan suara yang tidak terkontrol, hingga ada tetangga yang menegurku tentang agama. Aku yang sudah lama ingin memeluk Islam seperti disadarkan oleh sesuatu yang penuh dengan nilai-nilai kebenaran yang aku yakini. Akhirnya ada seorang teman yang mengajak untuk berikrar masuk Islam, dan kebetulan temanku tersebut sedang belajar dengan seorang ustadz. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakan temanku. Malam hari sesudah Isya, aku dibawa temanku ke tempat ustadz tersebut. Beliau pun menyambut dengan baik dan kemudian memperkenalkan diri dengan nama ustadz samsul. Pukul 19.30 WIB. disaksikan bapak ketua RT setempat, temanku dan ustadz Samsul, aku bersaksi dan mengucap kalimat syahadat; Asyhadu anlaa ilaha ila Allah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah. Alhamdulillah, sejak saat itu aku resmi menjadi pribadi Muslim. Kemudian oleh ustadz tersebut aku diwajibkan untuk mandi. Tepat pukul 21.00 WIB. aku kemudian mandi dan  mulai belajar tata cara melakukan salat, berikut dengan bacaanya. Setelah berganti hari aku baru mandi lagi sore hari menjelang maghrib. Ada hal yang membuatku pada waktu itu bertanya-tanya, kenapa kaos dalam yang ku pakai dari tadi malam berlanjut ke sore hari tidak tercium bau sama sekali? Entah itu bau keringat atau bau parfum yang ku kenakan. Sebaliknya, kaos yang ku kenakan seperti baru dan tidak berbau keringat sama sekali. Aku yang pada waktu itu baru menjadi mu'allaf tidak berani untuk berfikir macam-macam, tetapi sekedar ingin memberitahukan kepada pembaca itu adalah sebuah peristiwa nyata yang ku alami. Sebagai penutup dari cerita ini, aku secara pribadi berterima kasih kepada Allah yang telah menunjukkan jalan-Nya dengan penuh kebaikan dan kelembutan. Serta teman-teman yang telah membantuku dalam menemukan kebenaran ini. Sungguh sangat luar biasa nikmat dan karunia yang Allah berikan kepadaku, melalui orang-orang terdekatku. Semoga Allah Swt. membalas apa yang telah kalian berikan kepadaku, sehingga aku dapat mengenal Islam dengan baik. Amin yaa rabbal alamin. Aku ibarat seseorang yang berjalan, kemudian menoleh ke samping dan melihat berbagai peristiwa dengan warna yang beragam. Lalu hanya dalam hitungan detik aku disadarkan oleh jalan lurus di hadapanku, yaitu Islam. Islamlah satu-satunya agama yang mengajarkan untuk hanya berserah diri kepada Allah Swt. semata, karena kebenaran yang mutlak dengan alasan dan sebab yang jelas tidak layak untuk aku tolak. Oleh karena itu, aku tidak ragu untuk memilih Islam. Ampunilah aku ya Allah untuk hal yang telah aku lakukan selama aku belum menjadi hamba-Mu dan membenarkan ajaran agama-Mu. Aku merasa yakin bahwa kebenaran yang selama ini kuanggap benar balum tentu benar menurut-Mu. Tapi kebenaran yang Engkau tunjukkan, pastilah kebenaran itu benar bagiku dan sekalian alam. ( Oleh: Ozi Setiadi) // --> // --> // --> // --> Ketika aku sedang serius menggeluti pencarian kebenaran ini, datanglah seorang teman yang kebetulan adalah seorang Muslim. Ia dating dan membawa Al-Quran lengkap dengan terjemahannya. Ia memintaku untuk membaca terjemahan isi Al-Quran agar aku lebih memahami Islam dari aspek kitab sucinya. Aku pun mulai berpikir terbuka. Semua hal yang berhubungan dengan Islam atau Saksi Yahuwa aku kumpulkan dan aku baca serta aku renungkan, hingga hati kecilku meyakini dan membenarkan akan ajaran Islam. Hanya saja saat itu aku belum berikrar masuk Islam karena baru sebatas mengetahui bahwa Islam mengajarkan hal yang benar, saat itu tahun 2008. Pada tahun 2009 aku pergi meninggalkan Bogor. Kota dengan julukan Kota Hujan ini ternyata tidak cocok bagi orang sepertiku. Aku harus pergi karena pekerjaan yang kulakukan di sana banyak berhubungan dengan dunia yang semu ini. Kemudian aku berpikir untuk pindah ke Cisalak. Sejak meninggalkan Bogor, berbagai hal yang berkaitan dengan informasi ruhani terputus disebabkan situasi dan kondisi yang serba terbatas. Tahun 2010 aku berpindah lagi untuk yang kesekian kalinya. Hidupku benar-benar seperti kisah seorang pengelana yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Nomaden, tidak ada tempat untuk menetap. Di tahun inilah aku berpindah ke tempat kakak kandungku di Mampang Jakarta Selatan. Di situlah aku mulai membangun semangat beribadah yang selama ini mulai surut. Aku yang masih beragama Katolik, terkadang bangun pagi-pagi untuk mengikuti misa harian atau misa pagi yang rutin dilakukan pukul 06.00 WIB. di gereja Santa Maria yang terletak di Blok Q. Di gereja, aku menuangkan segala pemikiran yang selama ini ada padaku. Sekalipun hati kecilku mengetahui bahwa ada kebenaran yang hakiki dalam kehidupan ini, namun aku masih menganut keyakinanku yang lama. Keyakinan inilah yang selalu ditanamkan pastor kepadaku, dan kami semua. Inilah yang membuatku sulit untuk meninggalkan agama lamaku karena memang masih ada sisa-sisa keyakinan dalam diriku. Meskipun demikian, aku masih punya keyakinan akan kebaikan yang disebarkan oleh pastor kepada kami yang tidak mudah kami tinggalkan begitu saja, khususnya dalam beribadah yang sudah dibangun sejak kecil serta akan kenangan dalam didikan dan pengajarannya. Pelan tapi pasti, mungkin inilah yang dapat ku katakan saat keyakinanku akan Katolik mulai berguguran. Pada Misa akhir pekan atau Misa umum, yang pada waktu itu banyak diisi oleh jemaat gereja, timbul pertanyaan kritis dalam benakku, khusunya mengenai adab umat Kristiani yang datang ke gereja. Sungguh berbeda dengan adab ketika umat Muslim berada dan beribadah di Mesjid. Setidaknya waktu itu muncul empat pertanyaan dalam benakku; Pertama, mengapa di gereja ketika beribadah beberapa orang dari para jemaah sempat-sempatnya bermain handphone? Padahal mereka kan sedang berhadapan dengan Tuhan. Bila berhadapan dengan sang pencipta langit dan bumi saja sudah seperti itu, bagaimana ketika berhadapan dengan yang lain? Jika berhadapan dengan manusia bisa sesopan mungkin, sedangkan menghadap Tuhan tidak, maka sudah pastilah mereka merendahkan posisi Tuhan dibanding dengan manusia. Kedua, mengapa para wanita yang pergi ke gereja banyak mengenakan pakaian yang kurang sopan, apakah Tuhan menyukai ketidaksopanan mereka dalam berpakaian? Lantas inikah yang diajarkan Tuhan kepada hamba-Nya? Sungguh ini adalah sebuah jalan menuju perbuatan dosa. Mereka yang datang dengan mengenakan rok mini dan pakaian ketat malah akan memancing penglihatan para laki-laki sehingga bukan malah beribadah, justru akan membuat mereka berpikiran yang tidak baik selama di dalam gereja. Ketiga, mengapa ketika Misa ada yang mengobrol antara laki-laki dengan perempuan, sebenarnya niat mereka itu untuk beribadah atau hanya sarana agar bisa saling curhat di gereja? Jika gereja sama dengan tempat curhat, maka sudah barang tentu gereja akan berubah menjadi tempat hiburan duniawi yang nantinya akan mendatangkan berbagai mudarat bagi manusia. Kempat, mengapa ibadah yang umat Kristiani lakukan itu cenderung pasif. Seperti tidak membawa dampak apapun dalam kehidupan sehari-hari. Di gereja hanya bernyani, mendengarkan music, dan jika ada juga mendengarkan khotbah. Ini seakan ada dalam sebuah peseta yang mana ada presenter, ada music dan ada nyanyian. Sungguh ini membuat hatiku bingung dan gundah gulana. Beranjak dari berbagai pertanyaan inilah hatiku mengalami ketidakpuasan dalam beribadah. Aku mulai mengingat pembelajaran akan Islam yang mengajarkan doa dengan adab dan tata cara yang baik yang dapat menghindarkan diri dari berbuat maksiat. Dari buku yang ku baca, Islam mengajarkan tata cara beribadah dengan baik. Dalam ibadahnya, umat Muslim ketika melakukan ibadah yang utama seperti salat, tidak pernah terlihat ada yang bermain handphone. Ini disebabkan jika seorang Muslim bermain handphone ketika ia sedang ssalat, maka batallah salatnya. Jelas sekali perbedaannya, jika dalam kebaktian khususnya saat menyanyikan lagu-lagu keruhanian, tidak jarang banyak jemaah yang sibuk dengan handphone mereka. Tidak ada yang membuka aurat, karena itu juga akan mengakibatkan salat mereka tidak sah. Bahkan bila sedikit pun sudah pasti tidak akan sah salatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Barisan antara laki-laki dan perempuan dibedakan ketika melakukan salat. Laki-laki berada menjadi imam di depan dan berturut barisan berikutnya juga laki-laki sedang kan perempuan berada di barisan setelah laki-laki. Sungguh inilah ibadah yang sebenarnya. Menghormati Tuhan karena Tuhan adalah pemilik semesta alam ini. Jadi, cara beribadah seorang hamba harus benar-benar menunjukkan kemuliaan terhadap sang penciptanya. Sejak saat itu, tiap kali aku berangkat ke gereja dalam hati kecilku selalu terjadi peperangan batin, apalagi ketika aku berdoa di depan patung Bunda Maria, hati ini menjadi sangat bimbang karena yakin bahwa patung tersebut hanya buatan manusia walau ada alasan bahwa patung tersebut adalah sebuah mediator untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Seiring waktu berjalan, kegundahanku dalam beragama mulai meningkat. Aku pun sedikit demi sedikit mulai meninggalkan tata cara beribadah agama Katolik. Doa yang aku panjatkan hanya doa Bapa karena isi doanya tidak menyekutukan Tuhan meski ada tanda tanya besar dalam hatiku, khusunya pada kalimat Bapa. Sedangkan doa yang lain mulai aku abaikan karena bertentangan dengan sifat Tuhan Yang Maha Esa atau Tunggal. Aku juga mulai meninggalkan tanda salib yang biasa dipajang di rumah atau dikenakan di leher oleh umat Kristen.             Entah apa yang terjadi pada diriku, seakan aku mendapat hidayah Allah. Aku yang dahulu mementingkan dan memikirkan berbagai kegiatan gereja perlahan mulai melupakannya. Ini ditambah dengan aktifitas kerjaku yang aku lakukan sehari-hari demi memenuhi kebutuhan hidupku. Seakan berbanding lurus, kegiatan ibadah ke gereja yang dahulu selalu aku ikuti mulai surut karena ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri yang pernah aku tujukan kepada gereja tidak terjawab. Jika ada jawaban yang diberikan, jawaban tersebut tidaklah memberi kepuasan dalam batinku. Sebaliknya, jawaban-jawaban yang diberikan sangat bertentangan dengan apa yang selama ini aku lihat, khususnya ketika membandingkan antara cara ibadah umat Kristen dengan cara beribadah umat Muslim. Meskipun keraguan dalam diriku telah berada di puncak, namun pada waktu itu aku masih belum mengkikrarkan kalimat syahadat. Walau ada keyakinan suatu saat aku ingin memeluk Islam. Tahun telah berganti, tibalah pada awal tahun 2011. Di tahun inilah aku merasakan kegundahan hati yang sangat luar biasa. Apalagi ketika melihat kepribadian orang-orang Katolik di tempat kerjaku yang jauh dari sikap yang diajarkan oleh gereja. Karena berada pada lingkungan yang menurutku tidak baik ini, aku pun mulai memberanikan diri untuk keluar dari tempat kerja. Aku tidak sedih dan tetap tegar, tidak ada tanda-tanda kehilangan sesuatu yang berarti bagiku. Dalam benakku, aku selalu berpikir bahwa aku adalah orang yang paling beruntung di dunia. Oleh sebab itu tidak ada yang harus disesali. Setelah keluar dari pekerjaan, aku lebih banyak mengisi waktu untuk berkomunikasi dengan teman sebaya ataupun tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggalku. Kami banyak berbicara tentang kehidupan dengan segala polemiknya, disertai dengan gelak tawa dan suara yang tidak terkontrol, hingga ada tetangga yang menegurku tentang agama. Aku yang sudah lama ingin memeluk Islam seperti disadarkan oleh sesuatu yang penuh dengan nilai-nilai kebenaran yang aku yakini. Akhirnya ada seorang teman yang mengajak untuk berikrar masuk Islam, dan kebetulan temanku tersebut sedang belajar dengan seorang ustadz. Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakan temanku. Malam hari sesudah Isya, aku dibawa temanku ke tempat ustadz tersebut. Beliau pun menyambut dengan baik dan kemudian memperkenalkan diri dengan nama ustadz samsul. Pukul 19.30 WIB. disaksikan bapak ketua RT setempat, temanku dan ustadz Samsul, aku bersaksi dan mengucap kalimat syahadat; Asyhadu anlaa ilaha ila Allah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah. Alhamdulillah, sejak saat itu aku resmi menjadi pribadi Muslim. Kemudian oleh ustadz tersebut aku diwajibkan untuk mandi. Tepat pukul 21.00 WIB. aku kemudian mandi dan  mulai belajar tata cara melakukan salat, berikut dengan bacaanya. Setelah berganti hari aku baru mandi lagi sore hari menjelang maghrib. Ada hal yang membuatku pada waktu itu bertanya-tanya, kenapa kaos dalam yang ku pakai dari tadi malam berlanjut ke sore hari tidak tercium bau sama sekali? Entah itu bau keringat atau bau parfum yang ku kenakan. Sebaliknya, kaos yang ku kenakan seperti baru dan tidak berbau keringat sama sekali. Aku yang pada waktu itu baru menjadi mu'allaf tidak berani untuk berfikir macam-macam, tetapi sekedar ingin memberitahukan kepada pembaca itu adalah sebuah peristiwa nyata yang ku alami. Sebagai penutup dari cerita ini, aku secara pribadi berterima kasih kepada Allah yang telah menunjukkan jalan-Nya dengan penuh kebaikan dan kelembutan. Serta teman-teman yang telah membantuku dalam menemukan kebenaran ini. Sungguh sangat luar biasa nikmat dan karunia yang Allah berikan kepadaku, melalui orang-orang terdekatku. Semoga Allah Swt. membalas apa yang telah kalian berikan kepadaku, sehingga aku dapat mengenal Islam dengan baik. Amin yaa rabbal alamin. Aku ibarat seseorang yang berjalan, kemudian menoleh ke samping dan melihat berbagai peristiwa dengan warna yang beragam. Lalu hanya dalam hitungan detik aku disadarkan oleh jalan lurus di hadapanku, yaitu Islam. Islamlah satu-satunya agama yang mengajarkan untuk hanya berserah diri kepada Allah Swt. semata, karena kebenaran yang mutlak dengan alasan dan sebab yang jelas tidak layak untuk aku tolak. Oleh karena itu, aku tidak ragu untuk memilih Islam. Ampunilah aku ya Allah untuk hal yang telah aku lakukan selama aku belum menjadi hamba-Mu dan membenarkan ajaran agama-Mu. Aku merasa yakin bahwa kebenaran yang selama ini kuanggap benar balum tentu benar menurut-Mu. Tapi kebenaran yang Engkau tunjukkan, pastilah kebenaran itu benar bagiku dan sekalian alam.