Hikmah
MEMPERBAIKI KESALAHAN DENGAN BERPUASA
Dikirim tanggal Sep 19, 2012 5:13:50 AM 2,561 Kali dibaca
Oleh: Ozi Setiadi, S.Sos
"Tiada gading yang tak retak", merupakan peribahasa yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Ini bermakna bahwa setiap manusia tidak luput dari berbuat salah. Kesalahan tersebut merupakan sebuah kewajaran meski telah melakukan suatu perbuatan dengan hati-hati. Thomas Alfa Edison dalam menemukan sebuah bola lampu telah mengalami kesalahan yang berakibat pada kegagalan hingga ratusan kali, Wright bersaudara dalam menemukan pesawat juga mengalami kesalahan dan kegagalan berkali-kali, namun kesalahan dan kegagalan tersebut tidak menyurutkan mereka untuk mengupayakan kebaikan. Kesalahan hanya mungkin terjadi pada orang yang sedang mengupayakan yang benar bukan dengan sengaja melakukan kesalahan untuk membuat suatu kemudharatan. Seorang hakim misalnya, dalam memutuskan sebuah perkara, ia harus dengan bersungguh-sungguh untuk memutuskan perkara tersebut. Rasulullah SAW. bersabda: "Bila seorang hakim mengupayakan hukum (dengan jujur) dan keputusannya benar, maka dia akan memperoleh dua pahala. Tetapi bila keputusannya salah maka dia akan memperoleh satu pahala." (HR. Bukhari) Orang yang tidak mau terdapat kesalahan pada dirinya adalah orang yang tidak mau berbuat, karena setiap kesalahan adalah konsekuensi dari setiap perbuatan. Agar dapat menghasilkan keberhasilan, adalah kesalahan sebagai ujian yang harus diselesaikan sehingga bila ada orang yang melarang atau mengancam agar tidak membuat kesalahan, sama dengan melarang untuk mengupayakan yang benar. Seorang bayi misalnya, ia harus jatuh-bangun agar bisa telungkup, kemudian harus terjatuh lagi saat ia belajar berdiri, dan terjatuh lagi saat ia mulai belajar berjalan. Konsistensi keinginan yang kuat akan mengalahkan ketidakberdayaan. Orang yang memiliki keinginan yang kuat akan berhasil dan ia akan mengupayakan semaksimal mungkin keberhasilan itu. Kesalahan yang terjadi pada dirinya adalah ujian yang harus ia selesaikan sendiri dengan keyakinan akan kemampuan yang ia miliki. Perlu diketahui bahwa manusia memiliki kekuatan yang ada pada dirinya, yakni keinginan yang dapat mengalahkan kekuatan jasmaninya. Menghindari Berbuat Kesalahan dengan Berpuasa Puasa melatih kita untuk meningkatkan ketaqwaan, kesabaran, dan keikhlasan. Orang yang berpuasa, berupaya untuk menahan diri dari berbagai hal yang dapat membatalkan dan mengurangi nilai-nilai ibadah puasa. Tidak hanya menahan lapar dan haus, puasa juga menjadi alat untuk mengontrol diri dari berbuat emosional dan menahan hawa nafsu sehingga dengan berpuasa seseorang dapat menjadi pribadi yang sehat tidak hanya secara fisik tetapi juga rohani. Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan sehingga puasa disebut sebagai ibadah yang paling tua dalam sejarah karena puasa telah dilakukan jauh sebelum agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. ada. Orang yang berpuasa akan berupaya untuk mengendalikan diri dari perbuatan yang mendatangkan kemudharatan. Ini berdasarkan pada keyakinan bahwa puasa merupakan momentum untuk melakukan peleburan dosa dan menjauhkan diri dari siksa api neraka. Rasulullah SAW. bersabda : "Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun". (H.R. Bukhari-Muslim) Muslim yang baik tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapatkan selama berada di bulan ramadhan. Bulan yang mana selama satu bulan penuh melakukan ibadah puasa guna membentuk pribadi yang tangguh dalam beribadah sehingga tidak akan melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Rasulullah SAW. telah memperingatkan dalam sebuah hadis: "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum". (H.R. Bukhari) Puasa sebagai Jalan Memperbaiki kualitas diri Puasa adalah salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas diri karena puasa merupakan momentum guna meningkatkan kualitas ibadah. Seseorang yang menjalankan ibadah ramadhan dengan baik, maka akan terlihat peningkatan kualitas dalam dirinya. Puasa menjadikannya semakin santun, menjadikannya teguh dalam prinsip keimanan, dan tentunya gemar untuk menolak setiap perbuatan yang dilarang oleh agama. Allah SWT. berfirman : يَا أَي�?ّهَا الَّذ�?ينَ آمَن�?وا ك�?ت�?بَ عَلَيْك�?م�? الص�?ّيَام�? كَمَا ك�?ت�?بَ عَلَى الَّذ�?ينَ م�?نْ قَبْل�?ك�?مْ لَعَلَّك�?مْ تَتَّق�?ونَ (183) "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (Q.S. Al-Baqarah [2] : 183) Takwa yang dimaksud dengan mengerjakan perintah Allah SWT. dan menjauhi segala larangan-Nya merupakan bentuk dari peningkatan kualitas diri. Orang yang bertakwa akan senantiasa berbuat berdasarkan pada Al-Quran dan hadis, karena keduanya merupakan pedoman hidup (way of life) bagi manusia. Oleh sebab itu, kemampuan dalam memahami keduanya sangat dibutuhkan karena peningkatan kualitas diri dipengaruhi oleh kedalaman pengetahuan dan keluasan wawasan yang dikuasai seseorang terhadap Al-Quran dan Hadist. Akhirnya, kualitas kehidupan yang kita bangun saat ini merupakan keindahan yang dapat kita rasakan di dunia dan di akhirat kelak. Keindahan hidup kita di akhirat nanti dibangun oleh keindahan hidup kita di dunia. Semakin baik kualitas hidup kita, maka akan semakin baik pulalah kualitas di akhirat nanti. Tentunya dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang selama ini kita perbuat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari sebagaimana yang diajarkan oleh orang bijak sebelum kita bahwa, "kita tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan berbagai macam kesalahan tetapi kita memiliki cukup waktu untuk belajar dari kesalahan orang lain". Oleh sebab itu, mari kita jadikan kesalahan yang telah dilakukan oleh saudara-saudara kita sebagai bahan evaluasi bagi kita dan menjadikannya sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ibadah. Ini dikarenakan kita hidup hanya untuk Allah SWT. dan Allah SWT. tidak menciptakan alam beserta isinya ini selain untuk beribadah kepada-Nya.