Kajian

Menyoal Otentisitas Alkitab

Dikirim tanggal Mar 13, 2009 4:05:06 AM 1,992 Kali dibaca

Pendahuluan             Setiap pribadi muslim diwajibkan untuk mengimani kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para rasulnya, baik itu nabi Muhammad yaitu al-Qur'an maupun rasul-rasul sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Keimanan dan pengakuan ini masuk dalam pilar-pilar (rukun) iman dalam Islam. Dalam hal ini Allah mengungkapkan di dalam al-Qur'an diantaranya: أَمَنَ الرَّس�?وْل�? ب�?مَا أ�?نْز�?لَ إ�?لَيْه�? م�?نْ رَّب�?ّه�? وَالْم�?ؤْم�?ن�?وْنَ ك�?لٌّ أَمَنَ ب�?الله�? وَمَلَائ�?كَت�?ه�? وَك�?ت�?ب�?ه�? وَر�?س�?ل�?ه�? لاَ ن�?�?َر�?ّق�? بَيْنَ أَحَد�? م�?ّنْ رّ�?س�?ل�?ه�? وَقَال�?وْا سَم�?عْنَا وَأَطَعْنَا غ�?�?ْرَا نَكَ رَبَّنَا وَإ�?لَيْكَ الْمَص�?يْر�? "Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "kami tidak mmbeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdo'a):"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (Q.S. Al-Baqarah: 285).             Akan tetapi kewajiban itu tertumpu pada kitab-kitab yang memang benar dan otentik dalam pengertian tidak terjadi perubahan akibat dari kepentingan manusia atau pemeluk-pemeluk agama itu. Lalu bagaimana dengan kitab Taurat, Injil dan Zabur sekarang? Apakah kitab-kitab itu masih otentik? Kalau begitu, apa ukuran-ukuran untuk menaruh sebuah kitab suci pada level otentik? Bagaimana al-Qur'an berperan dalam memberi nilai untuk sebuah otentisitas? Pertanyaan-pertanyaan ini penting berkaitan dengan arah kemana iman seorang muslim kepada kitab-kitab itu ditujukan. Iman adalah kesejatian bagi suatu keyakinan, maka ia harus mendapat objek yang sejati pula. Kitab-kitab suci adalah objek bagi peluru iman, maka ia harus benar sehingga iman seseorang itu menjadi benar.   Sekilas tentang al-Kitab             Kata Al-Kitab tersusun dari al dan Kitab. Kitab berasal dan diambil dari bahasa Arab yang artinya buku. Kemudian diberi tambahan Al ma'rifah menjadi Al-Kitab menunjuk pengertiannya untuk buku khusus. Buku khusus ini adalah buku yang di dalamnya terdapat lembaran yang isinya berasal dari Allah disampaikan kepada Rasul kemudian diteruskan kepada ummat. Rasul yang dimaksud disini adalah Musa dan Isa. Kitab tersebut adalah Taurat dan Injil yang terkodifikasi dalam satu buku yang diberi nama Al-Kitab. Dalam bahasa Inggris Al-Kitab disebut dengan Bible yang berasal dari bahasa Yunani. Bible juga berarti buku. Al-Kitab atau Bible ini terdiri dari 39 Kitab Perjanjian Lama (PL) dan 27 Kitab Perjanjian Baru (PB). Perjanjian lama ditulis dengan bahasa Ibrani, sedangkan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani (Gerika).   Perjanjian Lama. Perjanjian Lama secara garis besar berisi tentang penciptaan manusia dan bumi serta isinya, riwayat dan panggilan Allah kepada bangsa Israel (Yahudi) dan nubuat tentang Mesias yang dijanjikan datang sebagai juru selamat dunia. Perjanjian Lama dibagi menjadi: Pentateauch Kitab Sejarah Kitab Syair Nabi Besar Nabi Kecil Kejadian Keluaran Imamat Bilangan Ulangan Yosua Hakim-hakim Rut 1Samuel 2Samuel 1Raja-raja 2Raja-raja 1Tawarikh 2Tawarikh Ezra Nehemia Ester Ayub Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung   Yesaya Yeremia Ratapan Yehezkiel Daniel Hosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk Zefanya Hagal Zakheria Maleakhi Ke-39 Kitab Perjanjian Lama ini, berisi 929 pasal dan 23.214 ayat   Perjanjian Baru. Perjanjian Baru secara garis besar berisi tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus dan bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan itu serta tentang tatanan kehidupan orang Kristen.             Perjanjian Baru dibagi menjadi : Injil Kitab Sejarah Surat Kiriman Paulus Surat Kiriman Umum Kitab Nubuatan Matius Markus Lukas Yohanes Kisah para Rasul Roma 1Korintus 2Korintus Galatia Efesus Filipi Kolose 1Tesalonika 2Tesalonika 1Timotius 2Timotius Titus Filemon Ibrani Yakobus 1Petrus 2Petrus 1Yohanes 2Yohanes 3Yohanes Yudas Wahyu Ke-27 kitab Perjanjian Baru ini, berisi 260 pasal dan 7959 ayat. Jadi keseluruhan isi Alkitab terdiri dari 66 Kiab, 1189 pasal dan 31173 ayat.   Tolak Ukur Otentisitas Sebuah Kitab Suci             Adalah sesuatu yang benar, baik secara historis maupun dalam pandangan iman seorang muslim bahwa Taurat dan Injil pernah ada dan diperankan oleh tokoh agama (Rasul) bernama Musa dan Isa. Keberadaan kedua tokoh agama ini beserta kitab sucinya adalah merupakan keniscayaan sejarah. Karena itu, Allah mewajibkan kepada Muhammad dan ummatnya yang notabene sebagai generasi terbaru untuk mengimani apa yang telah menjadi kenyataan generasi sebelumnya. Akan tetapi keharusan iman kepada kitab-kitab itu tidak buta. Dengan arti kata keimanan itu tidak dengan serta merta mengabaikan berbagai factor yang telah terjadi di dalam sejarah berkaitan dengan orisinil kitab-kitab itu. Bahkan Allah, melalui Qur'an menghimbau umat Islam untuk bersikap kritis terhadap isi kitab-kitab tersebut setelah rentang sejarah yang begitu panjang.             Atas dasar inilah muncul beberapa criteria yang harus diajukan sebagai setandar untuk menilai kebenaran Al-Kitab sebagai kitab suci yang Allah haruskan kepada umat Islam untuk mengimani. Kriteria itu antara lain: Murni datang dari Allah, dan tidak ada campur tangan ulah manusia setinggi apapun otoritasnya termasuk Nabi atau Rasul Ditulis pada masa kitab suci itu turun atas perintah atau konfirmasi dari penerima wahyu. Atau paling tidak telah dilafal oleh orang yang hidup sezaman dan bergaul dengan penerima wahyu. Seorang penulis atau penghafal wahyu adalah orang yang secara moral dapat diterima oleh masyarakat pemeluk agama. Tertulis dalam bahasa asli dimana wahyu saat itu turun. Tulisan kitab suci itu harus satu isi. Tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan menunjukkan adanya seseuatu yang salah didalam kitab itu. Kreteria minimal ini bisa kita jadikan alat untuk menganalisa apakah Al-Kitab itu otentik atau tidak. Dari proses penulisannya, Al-Kitab bukanlah ditulis di zaman Nabi Musa atau Isa dan bukan pula ditulis oleh orang yang pernah bertemu dan bergaul dengan kedua Nabi tersebut. St Paul adalah peletak dasar penulisan Al-Kitab, dan ia tidak pernah bertemu dengan Isa. Karena tanpa pertemuan itu sulit kita bayangkan bahasa Allah melalui Isa dapat ditulis persis sebagai apa yang diucapkan Isa. Penyampaian melalui orang-seorang adalah sesuatu yang mustahil untuk terpelihara kata-katanya, apalagi yang setebal Al-Kitab. Kecuali saat itu telah terjadi tradisi menghapal, jaminan itu baru bisa diakui. Akan tetapi, belum pernah ditemukan sampai hari ini seseorang yang hafal Al-Kitab. Lalu apa jaminan kalau Al-Kitab itu adalah Injil dan Taurat yang asli. Belum lagi bahasa Al-Kitab yang sangat beragam dalam penulisannya tergantung dimana kita menjupainya. Kalau di Inggris kita jumpai Al-Kitab dalam versi Inggris. Di Cina dengan versi Cina, dan seterusnya. Padahal peralihan dari bahasa satu ke bahasa lain (proses translation) sedikit banyak berpenaruh kepada perubahan makna.             Belum lagi banyak pertanyaan tentang St Paul itu sendiri berkaitan dengan iman Kristiani. Apakah ia termasuk orang yang beriman kepada Isa atau tidak. kalaulah dikatakan beriman, sejak kapan ia beriman. Apakah sejak ia meninggal atau sebelumnya. Kontraversi ini adalah pertanda bahwa ia diragukan otoritas moralnya dengan penulisan Al-Kitab. Kalau demikian, dari sisi mana umat Islam harus mengimani Al-Kitab sekarang? Belum lagi kritik terhadap isi yang tentu saja karena proses penulisannya tidak memenuhi kreteria sebagai kitab suci, maka isinya pun tidak akan mungkin terjamin. Pernyataan yang paling sesuai barangkali adalah: masikah terdapat isi Al-Kitab itu yang otentik? Kalau masih, berapa persen?             Al-Qur'an dengan tegas menyuruh umat Islam untuk mengimani yang benar dan mengingkari yang salah dalam Al-Kitab. Artinya, begitu jelas bahwa masih tersisa yang benar dalam Al-Kitab. Berapa besarnya, perlu ada penelitian khusus untuk itu. Tentu saja pembenaran untuk isi Al-Kitab yang tidak bertentangan dengan al-Qur'an. Demikian karena otentisitas al-Qur'an sebagai kitab suci yang dapat diferivikasi secara histories maupun moral. Karena itu, dapat menjadi standar untuk menilai kitab-kitab lain.   Koreksi Al-Qur'an Terhadap Al-Kitab             Al-Qur'an adalah kitab suci terakhir yang berfungsi sebagai penyempurna dan sekaligus sebagai korektor terhadap perubahan pada kitab suci sebelumnya, akibat dari masuknya otoritas manusia ke dalam kesucian Al-Kitab. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an: �?َوَيْلٌ ل�?لْذ�?يْنَ يَكْت�?ب�?ونَ الْك�?تَابَ ب�?أَيْد�?يْه�?مْ ث�?مَّ يَق�?ول�?ونَ هَذَا م�?نْ ع�?نْد�?الله�? ل�?يَشْتَر�?وا ب�?ه�? ثَمَنًاقَل�?يْلاً �?َوَيْلٌ لَّه�?مْ م�?مَّا كَتَبَتْ اَيْد�?يْه�?مْ وَوَيْلٌ لَّه�?مْ مّ�?مَّا يَكْس�?ب�?نَ. "Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Al-Baqarah: 79)               Koreksi Al-Qur'an terhadap Al-Kitab menyangkut beberapa aspek penting yang kesemuanya itu sangat mendasar. Diantara aspek-aspek itu antara lain: Koreksi sejarah (menjual ayat dengan cara merubahnya demi sebuah kepentingan dan egoisme komunal/keturunan Bani Isra'il) Koreksi teologis (Perubahan dari monoteisme menjadi Polyteisme) لَقَدْ كَ�?َرَالَّذ�?يْنَ قَال�?وا إ�?نَّ اللهَ ه�?وَالْمَس�?ح�? ابْن�? مَرْيَمَ وَقَال الْمَس�?ح�? يَابني إ�?سْراء�?يْلَ اعْب�?د�?وااللهَ رَبّ�?ى وَرَبّ�?ك�?مْ إ�?نَّه�? مَنْ ي�?شْر�?كَ ب�?االله�? �?َقَدْ حَرَّمَ الله�? عَلَيْه�? الْجَنَّةَ وَمَأْوَـه�? النَّار�? وَمَا ل�?لظَّل�?م�?يْنَ م�?نْ أَنْصَار�?. لَقَدْ كَ�?َرَالَّذ�?يْنَ قَال�?وْا إ�?نَّ اللهَ ثَال�?ث�? ثَلَثَة�? وَمَام�?نْ إ�?لَه�? إلاَّ إ�?لَهٌ وَح�?د ٌوَإ�?نْ لَّمْ يَنْتَه�?وْا عَمَّا يَق�?ول�?ونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذ�?يْنَ كَ�?َر�?وا م�?نْهَمْ عَذَابٌ أَل�?يْمٌ .   "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Isra'il, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". (Q.S.Al-Maidah: 72) "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksa yang pedih". (Q.S. Al-Maidah: 73)   Koreksi moral (mengabaikan isi Al-Kitab yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka sehingga mereka menerima sebagian Al-Kitab dan menolak sebagian yang lain; bukti-bukti riilnya dapat ditemukan dalam perubahan-perubahan hukum demi sebuah kepentingan) Mengenai hal ini Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 85 ث�?مَّ أَنْت�?مْ هَؤ�?لآَء�? تَقْت�?ل�?ونَ أَنْ�?�?سَك�?مْ وَت�?خْر�? ج�?ونَ �?َر�?يْقًامّ�?نْك�?م مّ�?ن د�?يَر�?ه�?مْ تَظَهَر�?ونَ عَلَيْه�?م ب�?الإْ�?ثْم�? وَالْع�?دْوَانَ وَإ�?ن يَأْت�?وك�?مْ أ�?سَرَى ت�?�?َد�?وه�?مْ وَه�?وَ م�?حَرَّمٌ عَلَيْك�?مْ إ�?خْرَاج�?ه�?مْ أَ�?َت�?ؤْم�?ن�?ونَ ب�?بَعْض�? الْك�?تَب�? وَتَكْ�?�?ر�?ونَ ب�?بَعْض�? �?َمَاجَزَآء�? مَن يَ�?ْعَل�? ذَل�?كَ م�?نْكمْ إ�?لاَّ خ�?زْىٌ �?�?ىالْحَيَوَة�? الدّ�?نْيَا وَيَوْمَ الق�?يَمَة�? ي�?رَدّّون إ�?لَى أَشَدّ�?الْعَذَاب�? وَمَا الله�? ب�?غَ�?�?ل�? عَمَّا تَعْمَل�?ونَ . "Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara sesorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (Q.S. Al-Baqarah: 85)   يَا أَيّ�?هَا الرَّس�?ول�? لَا يَحْز�?نْكَ الَّذ�?ينَ ي�?سَار�?ع�?ونَ �?�?ي الْك�?�?ْر�? م�?نَ الَّذ�?ينَ قَال�?وا آمَنَّا ب�?أَ�?ْوَاه�?ه�?مْ وَلَمْ ت�?ؤْم�?نْ ق�?ل�?وب�?ه�?مْ وَم�?نَ الَّذ�?ينَ هَاد�?وا سَمَّاع�?ونَ ل�?لْكَذ�?ب�? سَمَّاع�?ونَ ل�?قَوْم�? آخَر�?ينَ لَمْ يَأْت�?وكَ ي�?حَرّ�?�?�?ونَ الْكَل�?مَ م�?نْ بَعْد�? مَوَاض�?ع�?ه�? يَق�?ول�?ونَ إ�?نْ أ�?وت�?يت�?مْ هَذَا �?َخ�?ذ�?وه�? وَإ�?نْ لَمْ ت�?ؤْتَوْه�? �?َاحْذَر�?وا وَمَنْ ي�?ر�?د�? اللَّه�? �?�?تْنَتَه�? �?َلَنْ تَمْل�?كَ لَه�? م�?نَ اللَّه�? شَيْئًا أ�?ولَئ�?كَ الَّذ�?ينَ لَمْ ي�?ر�?د�? اللَّه�? أَنْ ي�?طَهّ�?رَ ق�?ل�?وبَه�?مْ لَه�?مْ �?�?ي الدّ�?نْيَا خ�?زْيٌ وَلَه�?مْ �?�?ي الْآخ�?رَة�? عَذَابٌ عَظ�?يمٌ "Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) diantara orang-orang yang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberi ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali  kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar." (Q.S. Al-Maidah: 41)   Bukti-bukti riil dapat ditemukan dalam Al-Kitab yaitu terjadinya perubahan hukum demi sebuah kepentingan, misalnya tentang siapa yang dikorbankan Nabi Ibrahim as. Dalam versi Al-Kitab sekarang adalah Ishak sebagaimana yang tertuang dalam kitab kejainan: 22:2 yang kontradiksi dengan Kitab Kejadian: 21:5, bukti lain adalah mengenai khitan dalam Kitab Kejadian: 17:10-14. dalam kitab itu dikatakan bahwa khitan itu wajib, dan Yesus sendiri dikhitan. Tetapi Paulus menganggap khitan itu tidak penting (Balatia: 5:6, Rov: 7:18-19). Demikian juga haramnya hukum makan daging babi (kitab ulangan 14:8, Imamat 11:7, Yesaya 66:17). Tetapi Paulus memfatwakan bahwa semua hewan halal hukumnya dimakan (1 Kov: 6:12, 1 Kov: 10:25, Kolose: 2:16, 1 Timotius: 4:5, Rom: 14:17) Koreksi Akal (Al-Qur'an sangat memberikan apresiasi terhadap akal. Islam adalah perpaduan antara akal sebagai alat dengan Al-Qur'an sebagai petunjuk. Sementara itu, perpaduan akal dengan Al-Kitab sering tidak harmonis karena akal lebih diberi dominant dari Al-kitab. Perubahan dalam Al-Kitab yang terus menerus terjadi dapat dilacak sebabnya dari dominasi akal yang otiriter kepada Al-Kitab untuk menyesuaikan diri). Dari dominasi itu terbuka berbagai kemungkinan buruk bagi kewibawaan dan kebenaran Al-Kitab itu sendiri. Tidak heran akibat itu ada yang berbentuk pelecehan kepada Allah. Sebagaiman dalam kitab kejadian: 6:5-6, Kitab Keluaran: 32:14 tentang Tuhan menyesal dan pilu hati-Nya. Begitu pula dalam kitab kejadian: 32:28 mengenai Tuhan bergulat dengan Nabi Ya'kub dan Tuhan kalah. Dapat pula kita jumpai pelecehan Al-Kitab kepada Nabi Allah yang antara lain : -          Nabi Nuh mabuk-mabukan sampai teller dan telanjang bugil (kej: 9:18-27) -          Nabi Luth menghamili kedua purti kandungnya (kej:19:30-38) -          Nabi Daud melakukan skandal seks dengan Betsyeba, istri anak buahnya sendiri (Samuel 11:2-27) Belum lagi ayat-ayat porno seperti Kidung Agung: 7:6-9 dan Yehezkiel: 23:1-21 dan seterusnya. Penutup             Dari uraian diatas dapat diperoleh pemahaman bahwa Al-Kitab yang ada sekarang ini tidak memenuhi kriteria sebagai objek iman umat Islam, bahkan bagi umat kristenpun -bila mereka cerdas dan mau jujur-, seharusnya telah meragukan kebenaran Al-Kitab sebagai wahyu Tuhan. Begitu banyak terjadi perubahan dari kitab aslinya yaitu Taurat dan Injil. Perubahan inilah yang menggeser status nilai Al-Kitab dari  pedoman hidup menjadi objek ilmiah yang secara bebas dibenarkan untuk dikritik, selama itu dilakukan dengan cara yang obyektif, dan pada gilirannya semestinya harus disikapi dengan adil dan jujur.