Kisah Muallaf

Mencari Tuhan: KISAH SALMAN AL-FARISIY

Dikirim tanggal Sep 25, 2012 4:48:25 AM 5,978 Kali dibaca

Mencari Tuhan: KISAH SALMAN AL-FARISIY
Jangan pernah bosan apalagi putus asa untuk mendapatkan kebenaran, berusahalah, mintalah petunjuk kepada Allah Pemelihara jagat raya ini, jika engkau belum mendapatkan ketenangan hati tentang keimananmu, maka renungilah firman Allah, Rabb (Tuhan) kita dan Rabb seluruh manusia: �?َمَنْ ي�?ر�?د�? اللَّه�? أَنْ يَهْد�?يَه�? يَشْرَحْ صَدْرَه�? ل�?لْإ�?سْلَام�? وَمَنْ ي�?ر�?دْ أَنْ ي�?ض�?لَّه�? يَجْعَلْ صَدْرَه�? ضَي�?ّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّد�? �?�?ي السَّمَاء�? كَذَل�?كَ يَجْعَل�? اللَّه�? الر�?ّجْسَ عَلَى الَّذ�?ينَ لَا ي�?ؤْم�?ن�?ونَ (125) وَهَذَا ص�?رَاط�? رَب�?ّكَ م�?سْتَق�?يمًا قَدْ �?َصَّلْنَا الْآيَات�? ل�?قَوْم�? يَذَّكَّر�?ونَ (126) لَه�?مْ دَار�? السَّلَام�? ع�?نْدَ رَب�?ّه�?مْ وَه�?وَ وَل�?ي�?ّه�?مْ ب�?مَا كَان�?وا يَعْمَل�?ونَ (127 "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (125). dan Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran (126). Bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan (127)." (Q.S. Al-An'am [6]: 125-127) Semoga kisah ini juga dapat membantu kita untuk merenungi Firman Allah di atas, semoga Allah memberi kita Taufiq dan hidayah-Nya, Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Ini adalah kisah seseorang yang berusaha mencari hakikat (kebenaran), mancari Allah, ini lah kisah Salman Al-Farisiy radhiAllahu ‘anhu wa ardhaahu. Mari kita biarkan Salman bercerita tentang dirinya sendiri, agar ia menceritakan kepada kita kejadian apa saja yang ada dalam kisahnya itu, karena tentunya perasaannya tentang kisah itu lebih dalam dan keterangannya pun lebih teliti dan benar. Aku adalah seorang pemuda Persia dari keluarga Asfahan[1] dari negeri yang bernama Jayyan. Ayahku adalah seorang kepala kampung, ia merupakan orang yang paling kaya di kampung itu dan ia juga orang yang paling tinggi kedudukannya, sedangkan aku adalah makhluk Allah yang paling dicintainya semenjak aku dilahirkan. Kemudian cinta kasihnya itu tumbuh semakin hebat dan bertambah hari demi hari, sampai-sampai ia mengurungku di rumah, sebagaimana anak-anak yang gadis dipingit karena ia takut akan suatu keburukan menimpaku. Aku sangat bersungguh-sungguh dalam agama Majusi[2], sehingga aku diangkat menjadi pengurus (penjaga) api yang kami sembah (ibadahi), dan diserahkanlah kepadaku urusan nyala api itu agar ia tidak padam barang sekejap pun baik malam atau pun siang. Ayahku mempunyai lahan yang luas, yang mana ladang itu memberikan pemasukan yang sangat besar bagi kami. Ayahku lah yang mengurusnya dan yang mengumpulkan hasilnya. Dan suatu ketika, ada satu hal yang menghalanginya untuk pergi ke kota, lantas ia berkata: "hai anakku, kamu tau bahwa aku sangat sibuk sehingga aku tidak dapat pergi ke lahan sebagaimana yang kamu lihat, maka pergilah ke sana, hari ini gantikan aku dan  uruslah ladang itu", maka aku pun keluar menuju lahan kami. Di tengah perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang nasrani, maka aku pun mendengar suara mereka dari dalam gereja itu, dimana mereka saat itu sedang melakukan ibadah, hal itu lantas menarik perhatianku. Sebelumnya aku sama sekali tidak mengetahui sedikit pun tentang urusan orang-orang nasrani atau pun yang lainnya dari pada pemeluk agama yang lain. Ini dikarenakan panjangnya waktu pengurunganku dirumah kami yang dilakukan oleh ayahku, maka ketika aku mendengar suara mereka (orang-orang nasrani itu -pent) aku pun masuk menghampiri mereka agar aku dapat melihat apa yang mereka kerjakan. Ketika aku perhatikan mereka, aku pun terperanjat takjub dengan ibadah mereka, dan aku pun suka dengan agama mereka, dan aku katakan: "demi Allah ini lebih baik dari apa yang kami yakini (agama majusi)", dan demi Allah aku tidak meninggalkan mereka sampai matahari terbenam, dan aku pun belum pergi ke ladang ayahku,  kemudian aku bertanya kepada mereka: "dimana asal agama ini?" Mereka menjawab: "di negeri Syam". Ketika malam telah tiba, aku kembali ke rumah, ayahku pun menemuiku dan bertanya tentang apa yang telah aku lakukan, maka aku katakan: "wahai ayah, sungguh aku telah melewati sekelompok orang, yang mana mereka melakukan ibadah di gereja mereka, dan aku takjub dengan apa yang aku lihat dari agama mereka itu, bahkan sampai-sampai aku tetap bersama mereka sampai matahari terbenam". Mengetahui apa yang aku perbuat, lantas ayahku pun menjadi terkejut dan takut, dan dia pun berkata: "hai anakku, agama itu, tidak ada kebaikan di dalamnya sedikitpun.  Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama itu". Aku katakan: "tidak demikian, -demi Allah- sesungguhnya agama mereka benar-benar lebih baik dari agama kita" maka ayahku pun ketakutan dangan apa yang ku ucapkan, dan dia khawatir kalau-kalau aku akan murtad dari agamaku, dia pun lantas mengurungku di rumah, dan memasang belenggu di kakiku. Ketika ada kesempatan untukku, aku pun mengutus kepada orang-orang nasrani itu dan aku katakan: "jika datang kepada kalian kafilah yang akan menuju negeri Syam maka beritahulah aku". Tak lama kemudian datang lah kepada mereka kafilah yang akan pergi menuju negeri Syam, mereka pun memberitahukan itu kepadaku, maka aku pun coba melepaskan belenggu yang mengikatku sampai akhirnya aku berhasil melepaskannya, dan aku pun keluar bersama mereka dengan sembunyi-sembunyi sampai kami tiba di negeri Syam. Ketika kami tiba di negeri itu, aku berkata: "siapa orang yang paling mulia dari pemeluk agama ini?" Mereka menjawab: "uskup, penjaga (pemimpin) gereja" Maka aku datang kepadanya dan aku katakan: "sesungguhnya aku telah mencintai Agama Nasrani, dan aku ingin mendampingimu, menjadi pembantumu dan belajar darimu, juga ibadah bersamamu" Maka ia (uskup) berkata: "masuklah" Aku pun masuk dan aku mulai menjadi pembantunya. Kemudian tak lama setelah itu aku pun mengetahui bahwa orang ini adalah orang jahat, ia menyuruh pengikutnya untuk bersedekah dan memotivasi mereka untuk mendapatkan pahalanya, ketika mereka telah memberikan kepadanya sesuatu untuk dibalanjakan di jalan Allah, ia pun menimbunnya untuk dirinya sendiri, tidak memberikannya kepada fakir miskin barang sedikit pun, sampai-sampai ia mengumpulkan tujuh qilal (kendi yang sangat besar) emas. Maka aku pun membencinya, sangat membencinya, sebab apa yang aku lihat darinya, kemudian ketika ia meninggal, orang-orang nasrani itu pun berkumpul untuk menguburkannya, aku pun mengatakan: "sesungguhnya teman kalian ini adalah orang yang buruk, dia menyuruh kalian untuk bersedekah dan memotivasi kalian untuk melakukannya, ketika kalian telah memberikan sedekah itu kepadanya, dia mengumpulkannya untuk dirinya sendiri, dan tidak memberikan barang sedikit pun dari harta sedekah itu kepada fakir miskin". Mereka berkata: "dari mana kau tahu itu?" Aku katakan: "aku akan tunjukkan kepada kalian dimana letak simpanannya itu". Mereka berkata: "baik, tunjukkan pada kami simpanan itu". Maka aku perlihatkan kepada mereka tempatnya, dan mereka pun mengeluarkan simpanan itu dari tempatnya sebanyak tujuh qilal penuh emas dan perak, ketika mereka melihat itu, mereka berkata: "demi Allah, kami tidak akan menguburkannya" Kemudian mereka menyalibnya dan merajamnya dengan batu. Tak lama kemudian mereka mengangkat lagi seseorang untuk menggantikan kedudukan uskup itu tadi, maka aku pun melaziminya. Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih zuhud terhadap dunia, tidak pula orang yang paling cinta kepada akhirat dan tidak pula orang yang paling rajin melakukan ibadah, baik siang atau pun malam dari orang itu, maka aku pun mencintainya, sangat mencintainya, aku tinggal bersamanya beberapa lama, ketika ia hendak wafat, aku berkata kepadanya: "wahai fulan, kepada siapa engkau wasiatkan aku? Dan dengan siapa engkau nasehatkan aku untuk tinggal bersamanya setelah kepergianmu?" Dia berkata: "wahai anakku, aku tidak mengetahui seorangpun yang berada di atas apa yang aku ada di atasnya (keshalihan) melainkan seorang lelaki di kota Maushil[3], dia lah fulan, dia itu belum melenceng dan belum membuat-buat perubahan, kebenaran ada padanya". Ketika temanku itu meninggal, aku pergi menjumpai orang di Maushil itu, ketika aku sampai di sisinya aku pun ceritakan kepadanya kisahku, dan aku katakan kepadanya: "sesungguhnya si fulan, ketika ia meninggal ia mewasiatkan kepadaku untuk menemuimu, dia meberitahuku bahwa engkau memegang teguh kebenaran yang ada padanya". Maka ia berkata: "tinggal lah bersamaku" Maka aku pun tinggal bersamanya, dan aku mendapatinya dalam keadaan yang baik. Kemudian, tak berapa lama ia pun meninggal, dan ketika kematian menghampirinya aku berkata kepadanya: "wahai fulan, sungguh telah datang kepadamu keputusan Allah seperti yang engkau lihat, dan engkau pun mengetahui keadaanku, maka kepada siapakah engkau wasiatkan aku? Dan siapakah orang yang engkau perintahkan aku untuk menemuinya?" Maka ia berkata: "wahai anakku, demi Allah aku tidak mengetahui bahwasanya ada seseorang yang berada di atas apa yang aku berada di atasnya selain seseorang yang ada di Nashibiyn[4] dia itu lah fulan, temui lah ia". Maka ketika orang itu telah disemayamkan di kuburnya, aku pergi menemui orang yang ada di kota Nashibiyn itu, dan aku memberitahukan keadaanku kepadanya dan tentang apa yang temanku perintahkan kepadaku. Maka dia berkata kepadaku: "tinggi Allah bersama kami". Maka, aku tinggal bersamanya dan aku pun mendapatinya di dalam kebaikan, sebagaimana aku mendapati kedua temannya. Aku tetap bersamanya sampai kematian datang menjemputnya. Tatkala kematian hendak menghampirinya, aku berkata kepadanya: "engkau tahu benar keadaanku, maka kepada siapa engkau wasiatkan aku?" Maka ia menjawab: "wahai anakku, demi Allah sesungguhnya aku tidak mengetahui ada seseorang yang masih tetap di atas kebenaran yang kami pegang selain seorang lelaki yang ada di negeri ‘Ammuwriyah, dia itu fulan, temui lah ia". Aku pun pergi menemuinya dan aku memberitahukan kepadanya tentang keadaanku. Maka ia berkata: "tinggal lah bersamaku". Maka aku pun tinggal di bersama seseorang yang -demi Allah- dia berada di atas jalan dan petunjuk teman-temannya (yang tiga orang telah disebutkan kisahnya di atas), dan sampai aku mendapatkan beberapa ekor sapi dan kambing selama tinggal bersamanya. Kemudian ajal pun datang menjemputnya, sebagai mana sahabat-sahabatnya terdahulu, maka ketika kematian mendekatinya, aku berkata kepadanya: "sesungguhnya enkau benar-benar mengetahui keadaanku, kepada siapakah engkau wasiatkan aku?...dan apakah yang kau perintahkan kepadaku untuk aku lakukan?". Maka ia bekata: "wahai anakku, demi Allah, sungguh aku tidak mengetahui bahwasanya ada seseorang yang tinggal di muka bumi ini yang masih tetap berpegang teguh dengan apa yang kami berada di atasnya... Akan tetapi sungguh telah dekat masanya, di mana akan keluar pada masa itu di negeri Arab seorang Nabi yang diutus dengan agama Ibrahim, kemudian dia akan berhijrah dari negerinya ke suatu negeri yang ditumbuhi pohon-pohon korma yang berada di antara dua tanah yang berbebatuan hitam, dia mempunyai tanda-tanda yang tidak samar, dia menerima hadiah dan tidak memakan sedekah, di antara kedua pundaknya ada khatam (tanda/stempel) kenabian, jika engkau bisa datang ke negeri itu maka lakukanlah". Kemudian sampailah ajalnya; maka aku tinggal di ‘Ammuwriyah beberapa lama sampai ada sekelompok orang dari saudagar-saudagar Arab dari kabilah Kalb melewati negeri ‘Ammuwriyah itu. Aku berkata kepada mereka: "jika kalian membawaku bersama kalian ke negeri Arab, aku akan berikan sapi-sapi dan kambing-kambingku kepada kalian". Maka mereka berkata: "ya, kami akan membawamu" Maka aku serahkan sapi-sapi dan kambing-kambing itu kepada mereka, dan mereka pun membawaku bersama mereka, sehingga ketika kami tiba di ‘waadi-lquraa'[5] mereka mengkhianatiku dan menjualku kepada seorang yahudi, maka aku pun menjadi pembantunya. Kemudian selang beberapa waktu datanglah anak pamannya dari bani Quraizhoh mengunjunginya dan iapun membeliku darinya, dan ia memindahkan aku ikut bersamanya ke kota Yatsrib, maka aku melihat tanaman korma yang diceritakan oleh temanku kepadaku di ‘Ammuwriyah, dan aku mengetahui Madinah dengan sifat yang digambarkan oleh temanku itu maka aku tinggal disana bersamanya (si yahudi). Sedangkan pada saat itu Nabi SAW. sedang menyeru kaumnya di kota Makkah, akan tetapi aku sama sekali belum mendengar tentangnya (Rasulullah) karena kesibukanku sebab perbudakan yang menimpaku. Kemudian datanglah masa hijrahnya Nabi SAW.ke Yatsrib, demi Allah sungguh saat itu aku sedang berada diatas pohon korma milik tuanku, ada suatu pekerjaan yang kulakukan disana, sementara tuanku sedang duduk dibawahnya, ketika itu datanglah sepupunya dan berkata kepadanya: "celakalah bani Qailah[6], demi Allah sesungguhnya mereka saat ini berkumpul di Quba[7], membicarakan tentang seorang lak-laki yang datang dari Makkah pada hari ini dan ia mengira bahwa dia adalah Nabi". Ketika aku mendengarkan ucapannya itu tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menyerangku seperti demam, dan akupun gemetaran sehingga aku takut kalau-kalau aku jatuh menimpa majikanku, maka aku bergegas turun dari pohon korma itu dan aku berkata kepada laki-laki itu: "apa katamu? coba ulangi berita itu untukku". Maka majikanku pun marah dan memukulku dengan pukulan yang keras dan ia berkata: "apa urusanmu?, pergi kerjakan pekerjaanmu!". Ketika sore telah tiba aku mengambil korma yang telah aku kumpulkan, lantas aku pun pergi membawanya ketempat Nabi SAW. berada, maka akupun masuk menghampirinya dan akupun berkata kepadanya: "sesungguhnya telah sampai kepadaku berita bahwasanya engkau ini orang soleh dan bersamamu ada sahabat-sahabatmu yang asing dan memiliki hajat, ini ada sesuatu padaku untuk aku sedekahkan, aku melihat bahwa kalian lebih berhak menerimanya dari pada selain kalian", kemudian aku mendekatkan korma itu kepadanya lantas ia pun berkata kepada para sahabatnya : "makanlah" dan iapun menahan tangannya dan tidak makan, maka kukatkan dalam hati : "ini satu". Kemudian aku pergi dan aku mulai mengumpulkan kurma, tak kala Nabi SAW. beranjak dari Quba  menuju madinah aku mendatanginya dan aku berkata kepadanya: "sesungguhnya aku melihatmu bahwa kamu tidak memakan sedekah dan ini adalah hadiah yang aku memuliakanmu dengannya .......". lantas iapun (Nabi) memakannya dan menyuruh para sahabat untuk makan bersamanya. Kukatakan dalam hati: "ini yang kedua". Kemudian aku mendatangi Nabi sedangkan ia sedang berada di Baqi' Al-Ghorqot[8] dimana saat itu beliau sedang menguburkan salah seorang sahabatnya, aku melihatnya sedang duduk dan ia memakai kain yang tebal maka akupun menyampaikan salam kepadanya kemudian aku berputar untuk melihat punggungnya agar aku bisa melihat tanda yang digambarkan oleh sahabatku di ‘Ammuwriyah. Ketika Nabi mengetahui bahwa aku melihat pundaknya beliaupun tahu maksudku maka ia melepas selendangnya dari pundaknya maka aku pun melihat tanda itu sehingga aku pun benar-benar mengenalnya, kemudian memeluk dan menciumnya sambil menangis, maka Nabi berkata: "ada apa denganmu?" Maka aku ceritakanlah kisahku, beliau pun merasa takjub dengannya, beliau serta sahabat sahabatnya merasa senang untuk mendengarkan kisah itu dariku, maka aku menceritankannya kepada mereka sehingga mereka marasa takjub dan merasa sangat senang. Salam sejahteralah atas Salman Al-Farisiy pada hari ia berangkat mencari kebenaran disetiap tempat. Dan salam sejahtera lah atas Salman Al-Farisiy pada saat ia mengetaui kebenaran lantas ia beriman dengannya dengan iman yang kokoh. Salam sejahteralah atas Salman Al-Farisiy pada hari kematiannya dan pada hari ia dibangkitkan kembali. (Pent: Khairul Anhar) [1]  Ashbahan merupakan sebuah kota di tengah-tengah Iran, terletak di antara Teheran dan Syiraz [2]  Majusi adalah agama yang dpemeluknya menyembah api [3] Suatu kota lama di atas sungai dijlah di Negeri Iraq [4] Ialah suatu kota yang berada di tepi jalan yang dilalui kafilah-kafilah dari kota maushil menuju syam, yang mempunyai jarak perjalanan enam hari. [5]  Ia adalah sebuah lembah yang berada di antara kota madinah dan syam, dan lembah itu lebih dekat ke kota madinah [6]  Maksudnya adalah suku aus dan khazroj [7]  Nama sebuah sumur dekat madinah [8][8] Adalah suatu tempat dimadinah yang dijadikan tanah pekuburan.